Rabu, 25 Desember 2013

Psikologi Pendidikan


1.      Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, yaitu :
a.       Prinsip Siswa Aktif
      Dalam prinsip ini guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.
Contoh:
·  Memberi kesempatan, seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses belajarnya.
·         Memberi tugas individual atau kelompok melalui kontrol guru.
·      Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
b.      Prinsip Motivasi
      Motivasi adalah seseutu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang baik untuk diraih. Motivasi dipengaruhi oleh pengaruh internal dan eksternal. Tugas seorang guru adalah mentransformasi motivasi belajar siswa dari eksternal menjadi internal agar siswa terus besemangat belajar.
Contoh:
·         Memberikan hadiah jika siswa mendapatkan juara, tapi tidak harus berupa materi melainkan juga bisa berupa pujian.
·         Memberikan dorongan kepada murid untuk memiliki sesuatu yang lebih dari apa yang dimiliki sekarang.
c.       Prinsip Perbedaan Individu
      Pada dasarnya setiap individu mempunyai karakter masing-masing sesuai kepribadiannya, maka seorang guru dituntut untuk bisa memahami setiap karakter yang ada pada setiap muridnya untuk mendukung proses pembelajaran. Untuk itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Contoh:
·    Guru membantu siswa dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan guru  memperlakuan setiap siswa sesuai dengan karakteristik yang ada pada setiap siswa
· Guru mengenalkan potensi yang ada pada siswanya dan membantu untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
d.      Prinsip Kesiapan (Readiness)
      Readiness adalah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa.
Contoh:
·     Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya. Maka guru perlu memberikan tugas yang sesuai dengan karakter siswanya, karena mereka sudah mempunyai kesiapan yang matang untuk mengerjakan tugas tersebut.
·  Bahan-bahan, kegiatan dan tugas divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
e.       Prinsip Persepsi
      Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Contoh:
·         Para pelajar dapat dibantu dengan cara diberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.
f.       Prinsip Tujuan
            Prinsip tujuan yaitu sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tujuan harus sesuai dengan kemampuan yang dicapai dan  tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
Contoh:
·         Mengajarkan kepada siswa untuk mempunyai cita-cita apa yang ingin mereka capai, sehingga siswa akan lebih giat belajar untuk meraih cita-cita mereka.
g.      Prinsip Transfer dan Retensi
      Sesuatu hal yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Contoh:
·         Latihan-latihan yang guru berikan dilakukan dalam suasana nyata karena retensi (penerapan hasil belajar) seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi.
h.      Prinsip Belajar Kognitif
            Belajar kognitif adalah mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Contoh:
·         Guru menyuruh anak untuk berdiskusi mengenai suatu masalah, lalu meminta anak untuk mencari solusinya
i.        Prinsip Belajar Afektif
      Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif adalah mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.
Contoh:
·         Guru mengajarkan siswanya untuk menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap suatu situasi yang ada, karena ini akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.

j.        Proses Belajar Psikomotor
      Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana sesorang mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Contoh:
·         Guru mengadakan pembelajaran dengan bermain dan aktivitas nonformal karena para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik
k.      Prinsip Evaluasi
      Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.
Contoh:
·         Memberikan evaluasi pembelajaran setelah pembelajaran selesai
2.      Pengembangan dan pembaruan kurikulum
            Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Pembaruan kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan  memecahkan  masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Pembaharuan selalu berkaitan dengan masalah kreasi dan atau penciptaan sesuatu yang baru dan menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya serta mencari suatu model kurikulum yang tepat untuk mememuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang senatiasa terus berubah dan terus berkembang.
Contoh:
·         Dalam KBK indicator biasanya disusun oleh pemerintah, seharusnya disusun oleh guru karena guru yang mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungannya. Sedangkan pada KTSP guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan indicator mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kemampuan peserta didik dan situasi lingkungannya.
3.      Ujian evaluasi bakat dan kemampuan
            Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.  Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil belajar melalui tes atau nontes.
            Kemampuan (Ability) adalah tes akhir tentang kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
Contoh:
·         Ujian akhir sekolah
·         Ujian masuk PTN
·         Ujian skripsi
                        Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Contoh seorang yang berbakat melukis akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisnya dibandingkan seseorang yang kurang berbakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan, sehingga mungkin saja terjadi seseorang tidak mengetahui dan tidak mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang laten.
Contoh:
·         Ujian kemahiran bahasa (mendengar, bertutur, membaca, menulis, melukis dll).
4.      Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
            Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (social interaction) dan sebagai syarat terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok manusia, maupun antara kelompok manusia dengan individu.
Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian yang dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat. Masyarakat pada umumnya mempunyai bentuk-bentuk struktural seperti : kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, strafikasi dan kekuasaan. Kesemuanya itu memiliki hubungan interaksi. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya disebabkan anggota masyarakat senantiasa mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya, baik dalam bentuk ndividu  maupun kelompok.
            Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Contoh: Siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan menggambar bentuk-bentuk misalnya kotak, segitiga, bulat. Tetapi, untuk dapat menggambar bentuk-bentuk tersebut diperlukan pengetahuan kognitif tentang bagaimana bentuk-bentuk tersebut dan cara menggambar garis agar terbentuk susunannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar